Antara Sunah dan Istri
Bagaimana hukumnya jikalau seorang istri tidak mensuport perubahan suami yg mulai mengikuti assunnah, misalkan mulai cingkrang atau berjenggot, dn sekarang meninggalkan acara ulang taun istri. Selalu aja berantem jikalau membahas ulang taun atau pun cingkrang, dn ana selalu mengalah menghindari pertikaian, bagaimana solusi nya ustadz?apa ana harus pisah?atau tetap sabar?
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Allah mengingatkan dalam al-Quran, bahwa terkadang istri dan anak, bisa berpotensi menjadi penghalang bagi suami untuk melakukan ketaatan. Sehingga, para suami soleh diminta untuk bersikap waspada.
Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ
Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. (QS. at-Taghabun: 14).
Diantara sikap waspada itu adalah tidak mudah terpengaruh dengan mereka, sampai melalaikan kewajiban agama. Betapa banyak para suami yang menjadi durhaka kepada orang tuanya, karena pengaruh istri dan anaknya. Betapa banyak para suami yang terhalang melakukan kebaikan, karena pengaruh istri dan anaknya. (Tafsir Ibn Katsir, 8/139).
Meskipun secara kemampuan logika, umumnya wanita lebih rendah dibandingkan lelaki, tapi pengaruh mereka bisa menghanyutkan lelaki cerdas. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ
“Tidak pernah aku melihat ada orang yang kurang akal dan agamanya namun dapat menggoyahkan lelaki cerdas melebihi kalian wahai para wanita.” (HR. Bukhari 304)
Karena cintanya seorang suami kepada istrinya, terkadang membuat mereka merasa sangat tidak nyaman jika harus berdebat dengan istrinya. Sehingga suami lebih memilih yang penting tidak bermasalah dengan keluarganya.
Lelaki itu Pemimpin
Bagian dari sunatullah, Allah jadikan suami sebagai pemimpin bagi keluarganya.
Allah berfirman,
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ
Para kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, disebabkan kelebihan yang Allah berikan kepada sebagian manusia (kaum lelaki), dan disebabkan nafkah yang mereka berikan (kepada keluarga) dari harta mereka. (QS. an-Nisa: 34)
Sehingga para suami dituntut bersikap cerdas, bisa memposisikan diri dengan tepat, karena dia pemimpin. Dia harus tahu, kapan waktunya mengalah dan kapan waktunya memaksa. Kapan mengendalikan, dan kapan menerima masukan.
Namun karakter suami soleh, umumnya lebih suka mengalah. Wanita lebih mudah mengendalikan lelaki soleh, sebaliknya mereka justru mudah dikendalikan lelaki tidak soleh.
Sahabat Muawiyah radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan,
إنهن يغلبن الكرام ويغلبهن اللئام
Mereka para wanita, mudah mengendalikan lelaki mulia, sementara mereka lebih mudah dikendalikan lelaki yang tercela. (al-Aqdul Farid, 1/287).
Apa yang disampaikan Muawiyah, bukan pujian untuk lelaki yang suka mengalah dalam masalah kebaikan. Suami harus menjadi pemimpin yang baik. Pandai memposisikan diri kapan harus mengendalikan dan kapan dikendalikan. Untuk urusan yang sifatnya mubah, suami bisa mengikuti istrinya. Sementara dalam urusan kewajiban syariat, suami harus bersikap tegas agar mengarahkan keluarganya untuk menyesuaikan diri dengan syariat.
Inilah tugas yang Allah nyatakan dalam al-Quran,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Wahai orang-orang beriman, lindungi diri kalian dan keluarga kalian dari neraka.” (QS. at-Tahrim: 6)
Sebagaimana suami istri bisa menjadi teman bermadu kasih, teman dalam belajar, juga teman dalam berantem. Namun suami harus pandai mengendalikan permainan. Karena keluarga di dunia tidak akan bisa lepas dari masalah.
Suami wajib memerintahkan istrinya untuk menutup aurat dengan benar.
Suami wajib memaksa istrinya untuk menjaga shalat 5 waktu.
Suami harus mengajarkan sunah ke istri dan keluarganya…
Karena umumnya orang menentang, disebabkan kebodohan terhadap aturan syariat yang tidak pernah dia pelajari.
Anda bisa bacakan artikel berikut kepada mereka yang masih belum menerima ciri fisik sesuai sunah; Apakah Celana Cingkrang, Jenggot dan Cadaran Ciri Teroris?
Ajak mereka untuk disiplin dalam masalah agama, dan berikan kelonggaran untuk masalah mubah…
Karena keluarga muslim adalah wahana untuk bekerja sama dalam kebaikan.
Bekerja sama untuk mewujudkan cita-cita bersama menuju surga.
Agar kita tidak hanya menjadi keluarga ketika di dunia, tapi juga menjadi keluarga ketika di surga…
Mari kita galakkan gerakan menuju surga sekeluarga…
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/28244-istri-tidak-suka-suami-kenal-sunnah.html